Butuh "Keajaiban", IHSG Diprediksi Mixed Cenderung Melemah
PT BESTPROFIT - Pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjadi sentimen utama penekan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemarin, Kamis (28/6/2018). Hari ini, bursa berharap adanya sentimen dadakan untuk mengubah tren teknikalnya yang masih menurun. Rencana bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), menaikkan suku bunga membuat mata uang dunia, termasuk rupiah, terkoreksi terhadap dolar AS. Kurs rupiah terhadap dolar AS terus melemah hingga 1,57% di pasar spot ke level Rp 14.395/dolar AS sampai dengan pukul 15:40 hari Kamis. BESTPROFIT Sentimen lokal seperti pembayaran dividen ke perusahaan asing juga sedikit-banyak turut menyumbang pelemahan rupiah. Di tengah situasi itu, IHSG bergerak di rentang 5.661 hingga 5.801 dan ditutup pada 5.667 atau melemah 2,07%. BEST PROFIT Volume perdagangan mencapai 9,7 miliar saham atau senilai Rp 8,6 triliun, dengan investor asing membukukan penjualan bersih (net sell) sebesar Rp 654 miliar. PT BEST PROFIT Bagaimana prediksi IHSG hari ini dari kacamata analisis teknikal? Tim riset CNBC Indonesia merangkumnya sebagai berikut. PT BESTPROFIT FUTURES
Kami melihat IHSG membentuk pola lilin hitam panjang (long black candle) pada perdagangan Kamis (28/6/2018) di mana pelaku bursa yang ingin menjual terlihat lebih perkasa daripada pelaku bursa yang ingin membeli sehingga IHSG ditutup di zona merah. Mengacu pada beberapa indikator teknikal hari ini, IHSG diprediksi bergerak mixed dengan kecenderungan melemah, salah satunya indikator stochastic slow yang menunjukkan bahwa posisi IHSG berada dalam area jenuh jual (oversold) meski IHSG sudah keluar dari level penopangnya (break out support) di level 5.735.
Berdasarkan indikator moving average, terlihat IHSG masih berada di bawah garis rerata pergerakan 50 harinya (MA-50), rerata pergerakan 20 hari (MA-20), dan rerata 5 harinya (MA 5), meski MA-5 sempat tertembus tapi kemudian surut kembali. Indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (moving average convergence divergence/ MACD) memberikan sinyal persilangan mati (dead cross) sehingga IHSG berpotensi ditutup di zona negatif.
Namun, technical rebound masih bisa terjadi karena Jumat ini adalah hari terakhir semester satu 2018, di mana investor kakap seperti manajer investasi, asuransi, dan dana pensiun berpeluang menyesuaikan portofolionya (rebalancing) dengan membeli saham yang jadi aset dasar investasinya (underlying asset) agar harganya naik dan membuat pencatatan hasil investasi di buku rekapnya terlihat cemerlang. Hasil rapat dewan gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) mengenai suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate hari ini juga akan menjadi acuan. Jika hasilnya cukup efektif untuk menjinakkan rupiah, "keajaiban" lain bisa terjadi di pasar yang mengubah hitungan teknikal. Adapun dari sisi global, bursa utama AS rata-rata ditutup menguat di antaranya indeks saham Dow Jones (+0,41%), S&P 500 (+0,62%) dan Nasdaq (+0,79%). Bursa utama Asia, sampai berita ini diturunkan, juga cenderung menguat: Nikkei (+0,22%), Kospi (+0,32%) dan ASX 200 (+0,26%). Suimber : Detik