Inalum 'Puasa' Dividen Freeport 2 Tahun
BEST PROFIT - PT Inalum (Persero) akan mendapat untung besar dari pembelian saham PT Freeport Indonesia (PTFI). Sebab, dengan kepemilikan semakin besar yakni 51%, maka dividen yang diterima semakin besar. Namun, Inalum mesti bersabar. Lantaran, dividen itu baru dinikmati 2 tahun ke depan atau di tahun 2021. BESTPROFIT Puasa dividen itu terjadi karena pergeseran pengelolaan tambang dari terbuka (open pit) ke dalam tanah (underground). Sehingga, produksi akan menurun dan berpengaruh pada pada pendapatan Inalum. PT BESTPROFIT
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bambang Gatot Ariyono mengatakan, pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) PTFI akan anjlok tahun ini. EBITDA PTFI akan turun dari US$ 4 miliar di 2018 menjadi sekitar US$ 1 miliar. PT BEST PROFIT EBITDA PTFI turun karena ada peralihan dari pengelolaan tambang terbuka menjadi bawah tanah. "Turun dibanding 2018, jadi EBITDA maupun revenue itu turun, karena apa, tambang Grasberg berhenti, baru mulai tambang dalam, jadi bukan masalah cadangan, kadar, tapi masalah volume proses saja yang belum dimulai, jadi kalau turun, iya," kata dia di kantornya, Jakarta, Rabu (9/1/2019). Dia mengatakan, penurunan EBITDA PTFI disampaikan PT Inalum (Persero) selaku pemegang saham mayoritas. "Kalau dari hitung-hitungan prognosa Inalum US$ 4 miliar turun US$ 1 miliar koma berapa itu, EBITDA," ujarnya. "Menjadi (US$ 1 miliar). Lha wong Grasberg berhenti wajar dong," tambahnya. Bambang mengatakan, setelah peralihan maka pendapatan perusahaan akan pulih setelah tahun 2020. "Sejak tahun 2020 nanti dia 2021 naik lagi terus yang optimum sampai 2025 kemudian dia stabil," terangnya. Head of Corporate Communication Inalum, Rendi Witular membenarkan hal tersebut. Pendapatan PTFI akan turun sementara karena peralihan dari tambang terbuka ke bawah tanah.
Bambang Gatot Ariyono meyakini, Inalum memiliki perencanaan yang baik untuk membayar utang meski pendapatannya turun tajam tahun ini."Itu urusan Inalum lah bagaimana, kan mesti sudah di-plan kan bagaimana mencicilnya, mestinya sudah di-plan semua," ujarnya.Apalagi, kata dia, Inalum merupakan holding Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tambang. Dia bilang, Inalum pasti punya perencanaan yang matang."Itu tanggung jawab korporasi lah, Inalum kan perusahaan holding mestinya dia pinter itungnya. Pinter lah, masa dia kuasai Aneka Tambang di bawah dia, Timah, PTBA masa nggak bisa," ujarnya.Sebagaimana diketahui, Inalum baru saja menggenggam 51% saham PTFI. Untuk mengambil saham tersebut, Inalum menerbitkan surat utang global dengan nilai US$ 4 miliar.Surat utang itu terdiri dari 4 tenor yakni sebanyak US$ 1 miliar tenor hingga tahun 2021, US$ 1,25 miliar tenor hingga 2023, US$ 1 miliar tenor hingga 2028, dan US$ 750 juta tenor hingga 2048. Rata-rata kupon obligasi tersebut sebesar 5,9991%.
Direktur Utama Utama Inalum Budi Gunadi Sadikin mengatakan, Inalum tak menerima dividen selama 2 tahun yakni 2019 dan 2020. Hal itu terjadi karena perpindahan produksi dari tambang terbuka ke bawah tanah."Sudah dihitung, bottom line kita nggak pakai dividen 2 tahun, 2021 mulai ada sedikit," kata dia di kawasan Jakarta Selatan, Rabu (9/1/2019).Budi melanjutkan, produksi PTFI akan membaik mulai tahun 2023. Dia menyebut, laba bersih PTFI akan mencapai US$ 2 miliar pada tahun 2023."(Bottom line 2023?) Sudah US$ 2 billion (miliar)," ujarnya. Sebelumnya, Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bambang Gatot menyebut, EBITDA PTFI turun dari US$ 4 miliar pada 2018 menjadi sekitar US$ 1 miliar di 2019.Budi mengatakan, penurunan produksi ini sudah diperhitungkan Inalum dan tidak mengganggu kinerja perusahaan."Nggak, Inalum kan sudah dihitung, itu kan sudah diperhitungkan," tutupnya. "Iya (EBITDA turun)," katanya.
Sumber : Detik